Jumat, 24 Februari 2012

Proposal Penelitian

PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN ORANG DEWASA

DALAM METODE PEMBELAJARAN KELOMPOK BELAJAR PAKET C

DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB) BONDOWOSO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

 


Proposal Skripsi


guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat

dalam menyelesaikan Program Studi Pendidikan Luar Sekolah (S1)

dan mencapai gelar Sarjana Pendidikan

 

 

 

Oleh :

Ayub Setiawan

NIM 080210201031


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2012



DAFTAR ISI



























BAB 1. PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan di uraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, serta manfaat dan tujuan penelitian.

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya manusia yang dapat digunakan dalam proses pembangunan bangsa. Pembangunan suatu bangsa memerlukan aset pokok yang di sebut sumber daya (resource), baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Keduanya merupakan sumber daya yang mempengaruhi dalam menentukan keberhasilan suatu pembangunan di dalam negara. Karena sumber daya manusia merupakan salah satu faktor pembangunan, bahkan merupakan sumber daya paling penting disamping berbagai sumber daya yang lain. Disinilah peran pendidikan sangatlah penting guna membentuk karakter bangsa melalui sumber daya manusia. Berbicara mengenai pendidikan dan sumber daya manusia, erat kaitannya dengan pendidikan orang dewasa. Istilah pendidikan orang dewasa merupakan keseluruhan pendidikan yang diorganisasikan, apapun isi, tingkat dan metode, baik formal ataupun tidak, yang melanjutkan ataupun tidak atau yang menggantikan pendidikan semua pendidikan di sekolah, kursus atau universitas serta latihan kerja, yang mengganggap orang di anggap dewasa oleh orang lain atau masyarakat untuk mengembangkan kemampuannya, memperkaya pengetahuan, meningkatkan kwalitas tehnik maupun profesionalitasnya dan mengakibatkan perubahan pada sikap dan perilakunya dalam perspektif rangkap pribadi secara utuh dan partisipasi dalam pembangunan sosial, ekonomi dan budaya yang seimbang.
Pendidikan orang dewasa meliputi segala bentuk pengalaman belajar yang dibutuhkan orang dewasa, baik pria maupun wanita, sesuai dengan bidang perhatian konsentrasi serta kemampuannya. Hasil daripada belajar orang dewasa nampak pada perubahan perilakunya. Apabila dapat disepakati bahwa perubahan perilaku terjadi karena adanya pula perubahan sikap, maka jelas kiranya bahwa pendidikan orang dewasa tidak cukup hanya dengan memberi tambahan pengetahuan. Berapapun pengetahuan bertambah, apabila sikapnya masih tak percaya diri, masih tertutup untuk pembaharuan maka tidak akan ada perubahan sikap dan perilaku. Perubahan perilaku seseorang dapat dipengaruhi oleh sikap, pengetahuan yang dimilikinya serta materi yang tersedia, maka                                               proses belajar manusia dewasa kearah perubahan perilaku hendaknya digerakkan melalui usaha perubahan sikap baru, memberikan pengetahuan baru, memberikan ketrampilan baru, dan dalam tertentu menyediakan materi baru.
Perubahan secara umum merupakan gejala yang tidak dapat dihindari. Pada hakekatnya segala sesuatu pasti akan mengalami perubahan, salah satunya adalah perubahan sikap dan perilaku orang dewasa melalui pendidikan orang dewasa. Upaya perubahan secara kongkrit bisa terbentuk melalui pembelajaran, pelatihan, serta pengasuhan. Secara lebih operasional upaya tersebut bisa merupakan kegiatan memberikan informasi, memberi saran, memberi contoh, memberikan pertimbangan, mengingatkan, melarang, menyuruh, mengajak, menunjukkan kekurangan serta kelebihan suatu hal, memberikan perkataan yang teduh, memperhatikan dan mendengarkan secara seksama, memberi semangat, memberi teladan, memberi tantangan, dan bahkan membebaskan seseorang dari kondisi ketergantungan atau keterkurungan. Upaya-upaya ini merupakan tindakan yang disengaja dan terjadi dalam proses interaksi antar seseorang dengan orang lain, apakah antar guru dengan murid, orang tua dan anak, ataupun seseorang dengan orang yang belum dikenali. Sebagai contoh sederhana upaya perubahan tindakan atau perilaku melalui pendidikan bisa terjadi di pendidikan formal seperti pendidikan sekolah maupun non formal seperti pada kelompok belajar (Kejar). Pada pendidikan di dalam Kejar  banyak upaya-upaya yang dilakukan oleh tutor guna memberikan suatu perubahan secara konkrit baik perubahan perilaku maupun sikap serta perubahan intelektual melalui pendidikan. Kelompok belajar merupakan suatu bentuk atau upaya perubahan sikap dan perilaku serta kecerdasan intelektual melalui pendidikan orang dewasa yang tidak hanya mendidik dengan memberikan materi dan bahan ajar, tetapi mendidik dengan menggunakan pendampingan serta perhatian lebih menggunakan metode prinsip pendidikan orang dewasa. Kejar paket merupakan calon Sumber Daya Manusia (SDM) yang pembentukan karakternya melalui pendidikan non formal. Melalui survey/observasi, peneliti menemukan peserta didik kejar paket di SKB Bondowoso banyak memiliki potensi-potensi atau kemampuan serta kecerdasan dalan berkreatifitas dengan bekal ilmu yang dimiliki seadanya. Maka dari itu peneliti bertujuan mengetahui bagaimana para pendidik atau tutor dalam program Kejar Paket C mengajar atau memberikan materi pembelajaran. Dalam nilai-nilai kemanusiaan itu terdapat potensi berupa ketrampilan dan keahlian, kepribadian, termasuk harga diri, sikap, motiovasi, serta kebutuhan, Nawawi, (2001:38).
Berdasarkan latar belakang diatas bahwa peran aktif pendidikan dalam pembangunan sumber daya manusia sangat perlu diperhatikan, salah satunya melalui pendidikan non formal dalam konteks kecil kelompok belajar. Yang sangat penting untuk dperhatikan teori dan metode pendampingannya oleh tutor dalam pembelajaran kelompok belajar. Maka dari itu peneliti akan mengadakan penelitian tentang kegiatan dalam program proses pembelajaran di kelompok belajar mengenai prinsip pengajaran untuk orang dewasa yang berjudul : Penerapan Prinsip-prinsip Pendidikan Orang Dewasa Dalam Program Pembelajaran Kelompok Belajar Paket C Di SKB Bondowoso Tahun Pelajaran 2011/2012.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam suatu penelitian, rumusan masalah merupakan hal yang sangat penting karena dalam suatu penelitian diharapkan dapat memberikan petunjuk yang lebih baik, lebih terarah dan terdorong untuk mengetahui jawabannya. Tujuan perumusan masalah ini adalah untuk memperjelas dan mempertegas masalah penelitian, sehingga arah penelitian menjadi jelas dan tidak menimbulkan kerancauan dalam pelaksaan penelitian. Dengan kata lain, rumusan masalah adalah merupakan upaya mengoprasionalkan masalah penelitian agar supaya mudah pemecahannya. Menurut Tim Perumus dan Asistensi (2006:18), Rumusan masalah merupakan proses kristalisasi dari berdagai hal yang terdapat dalam latar belakang. Agar pemecahan masalah dapat tuntas dan tidak salah arah, lingkup masalah harus dibatasi dan dinyatakan atau dirumuskan dengan jelas. Berdasarkan pernyataan diatas, perumusan dari penelitian ini adalah “Bagaimanakah penerapan prinsip-prinsip pendidikan orang dewasa dalam program pembelajaran kelompok belajar paket C di SKB Bondowoso Tahun 2011/2012? “

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Dalam sebuah penelitian, pasti ada tujuan yang jelas dan yang ingin di capai agar hasil penelitian tersebut tidak menyimpang dari tujuan yang ditentukan. Penegasan tujuan akan memberikan arahan dalam memecahkan masalah, sehingga peneliti dan pembaca memahami maksud dari penelitian yang dilaksanakan. Tujuan suatu penelitian adalah upaya untuk memecahkan masalah (Moleong,2007:94).
Dari pernyataan tersebut maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan prinsip-prinsip pendidikan orang dewasa dalam program kelompok belajar paket C di SKB Bondowoso.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian disebut juga signifikasi penelitian. Manfaat penelitian memaparkan kegunaan hasil penelitian yang akan dicapai, baik untuk kepentingan ilmu, kebijakan pemerintah, maupun masyarakat luas.
Oleh karena itu, dari hasil penelitian tentang penerapan prinsip ini dapat menghasilkan manfaat sebagai berikut :
a.    Bagi Peneliti
Manfaat penelitian pagi peneliti adalah untuk menambah ilmu pengetahuan dan ketrampilan tentang penelitian atau karya ilmiah, serta memperoleh berbagai sikap-sikap positif yang dapat dikembangkan dan diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.
b.    Bagi Perguruan Tinggi
Bagi Perguruan Tinggi, manfaat penelitian ini adalah untuk mengamalkan ilmu yang didapat di bangku perkuliahan terkait Mata Kuliah Metode Penelitian Pendidikan. Serta membawa nama Perguruan Tinggi pada waktu terjun di masyarakat untuk melaksanakan penelitian.
  1. Bagi UPTD SKB Bondowoso
Manfaat penelitian bagi UPTD SKB Bondowoso adalah hasil penelitian ini akan dapat di jadikan salah satu bahan pertimbangan dan evaluasi dari program pembelajaran di kelompok belajar paket C. Selanjutnya juga bisa dijadikan pedoman dalam meningkatkan kwalitas tenaga pengajar atau tutor program kelompok belajar.
d.   Bagi Program Studi (Prodi) Pendidikan Luar Sekolah
Manfaat penelitian bagi prodi Pendidikan Luar Sekolah secara keilmuan dapat dijadikan masukan secara teoritis dan praktis dalam upaya untuk mengembangkan program PLS di masyarakat.




BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


Pada bab terkait peneliti akan mendefinisikan tentang beberapa teori dan beberapa sumber yang dapat menguraikan prinsip-prinsip serta konsep dalam judul penelitian. Adapun uraian-uraiannya sebagai berikut:

2.1 Prinsip Pendidikan Orang Dewasa

Berbicara tentang pendidikan orang dewasa, masalahnya adalah lebih luas dari dari pada mengajarkan orang dewasa yang buta huruf untuk pandai membaca dan menulis. Batasan yang direkomendasikan oleh UNESCO dapat diterjemahkan sebagai berikut “Istilah pendidikan orang dewasa berarti keseluruhan pendidikan yang diorganisasikan, tingkat dan metode, baik formal maupun tidak, yang melanjutkan maupun tidak, atau yang menggantikan pendidikan semula disekolah, kursus dan universitas serta latihan kerja, yang membuat orang dianggap dewasa oleh orang lain atau masyarakat untuk mengembangkan kemampuannya, memperkaya pengetahuan, meningkatkan kwalitas teknik maupun profesionalitasnya dan mengakibatkan perubahan pada sikap dan perilakunya dalam perspektif rangkap perkembangan pribadi secara utuh dan partisipasinya dalam pembangunan sosial, ekonomi dan budaya yang seimbang dan bebas”. Pendidikan orang dewasa meliputi segala bentuk pengalaman belajar yang dibutuhkan orang dewasa, pria maupun wanita, sesuai dengan bidang perhatiannya dan kemampuannya, (Harjati, 1992:1).
Dalam pendidikan orang dewasa mencakup beberapa prinsip dalam pendidikannya, yang menyangkut kemampuan menerima serta menerapkan materi yang telah diterima. Oleh sebab itu upaya peningkatan kwalitas pengajaran serta mutu kependidikan dapat diarahkan ke beberapa prinsip pendidikan orang dewasa tersebut. Sebagai pembangunan dalam aspek pendidikan, maka pengembangan kwalitas tenaga pendidik sangat diperlukan sebagai optimalisasi pengajaran. Untuk mengadakan suatu upaya atau proses pengembangan kwalitas pendidik yang sekiranya lebih dini perlu diketahui seberapa besar tingkat penguasaan teori pengajaran tenaga pendidik dalam mendidik orang dewasa dalam kelompok belajar. Siapapun mereka (pendidik) perlu dikembangkan secara secara optimal melalui instansi atau lembaga yang terkait, dan bisa dimulai dari evaluasi serta survey kepengajaran. Untuk mengetahui besar kecilnya penerapan prinsip pendidikan orang dewasa dimulai dari penelitian survey tentang bagaimana prinsip pendidikan orang dewasa yang diterapkan dalam kelompok belajar paket C di SKB Bondowoso.
Dari pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa peningkatan kwalitas pendidikan dimulai dari penelitian survey seberapa besar penerapan prinsip pendidikan. Beberapa prinsip pendidikan orang dewasa adalah motivasi, komunikasi dua arah, latihan, dan belajar aktif.

2.1.1 Motivasi Kognitif

Menurut Reed (dalam Hendrawijaya, 1993:37) Istilah kognitif (cognition) sering diartikan sebagai pemikiran. Istilah pemikiran disini memiliki pengertian luas yakni mengacu pada proses penerimaan, pengelolaan dan penggunaan informasi atau pengetahuan yang bermula dari adanya kontak aktif dan selektif dari individu dengan lingkungannya. Konsep kognisi ini memiliki implikasi yang amat penting bagi berbagai bidang studi psikologi, termasuk motivasi. Berdasarkan sikap kognisi, sejumlah penyusunan teori dan peneliti motivasi mengajukan argumen bahwa sejumlah tingkah laku adalah relatif tetap dan kemunculannya bersifat mekanis. Sedangkan sejumlah tingkah laku yang lainnya lebih tepat apabila dilihat dan diterangkan sebagai hasil dan proses-proses kognitif dan ditentukan oleh proses-proses tersebut. Berikut merupakan tiga formulasi awal mengenai motivasi kognisi yang diajukan beberapa pemula atau pelopor penyusunan teori motivasi kognitif.
Menurut James (1890) (dalam Hendrawijaya, 1993:38) tingkah laku dibedakan menjadi dua jenis tingkah laku yakni tingkah laku yang bersumber dari instink-instink (tingkah laku instinktif) dan tingkah laku yang digerakkan oleh tingkah laku pemikiran (kognitif). Keinginan untuk melakukan sesuatu sudah cukup menggerakkan individu untuk bertingkah laku. Atau dengan kata lain, pemikiran bisa memotivasi tingkah laku secara langsung, dan tingkah laku di motivasi oleh pemikiran dengan istilah ideo motor action atau tindakan ideo motor. James akhirnya menyimpulkan bahwa tingkah laku yang dimotivasi secara kognitif sering kali merupakan hasil rekonsilisasi dari dua kekuatan yang berlawanan. Baik pemikiran yang mengarahkan pada suatu tindakan versus pemikiran yang mengarahkan pada tindakan yang lain.
Teori tingkah laku oleh Tolman, tokoh penyusun teori dan peneliti motivasi juga termasuk pelopor motivasi kognitif. Yakni bahwa tingkah laku memiliki sifat-sifat deskriptif dan dapat didefinisikan lebih dari sekedar konsekwen pergerakan otot-otot. Upaya mempelajari tingkah laku sebagai suatu yang bersifat keseluruhan. Pandangan Tolman disebut juga pandangan holistik, atau pandangan dari studi tingkah laku dengan memecahkan ke dalam bagian-bagian (pandangan reducionistik/penurunan).
Teori Lapangan Kurt Lewin (dalam Hendrawijaya, 1993:41) yaitu model kognitif dalam upaya menerangkan motivasi tingkah laku. Pendekatan kognitif merupakan tingkah laku organisme atau individu hanya bisa dimengerti sebagai hasil dari seluruh kekuatan yang bekerja mempengaruhi individu tersebut.
Dari beberapa pendapat mengenai motivasi dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah sebuah dorongan yang berasal dari proses berfikir dan instink manusia yang akhirnya akan diwujudkan dalam bentuk tingkah laku. Jadi sebuah tingkah laku dapat merupakan hasil dari motivasi ataupun sebagai pendorong individu untuk termotivasi. Dalam sudut pandangan lain, tingkah laku hanya sebatas pergerakan otot-otot manusia atau hanya sebatas keperluan biologis manusia. Namun pada hakikatnya kemampuan berfikir manusia akan sangat mempengaruhi atas segala tingkah laku atau dengan kata lain motivasi dapat mempengaruhi tingkah laku individu, hal ini dikarenakan manusia memeiliki kekuatan untuk saling mempengaruhi antara satu individu dengan yang lainnya.

2.1.2 Komunikasi Dua Arah (Two Way Communication)

Pertanyaan besar “mengapa kita berkomunikasi?” mungkin lebih baik dirumuskann menjadi pertanyaan spesifik, sehingga lebih mudah kita menjawabnya, seperti “apa yang mendorong kita berkomunikasi?” “manfaat-manfaat apa yang kita peroleh dari komunikasi?” “bagaimana faktor-faktor seperti citra diri, pengalaman kita, situasi komunikasi, dan orang yang menjadi mitra komunikasi mempengeruhi kita?” jawaban dari beberapa pertanyaan inilah yang menjadi latar belakang sebagian orang berkomunikasi.
Menurut Thomas Scheidel (dalam Mulyana, 2007:4) kita berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan mendukung identitas diri, untuk membangun kontak sosial dengan orang lain di sekitar kita, dan untuk mempengaruhi orang lain untuk merasa, berfikir, atau perilaku seperti yang kita inginkan. Namun tujuan dasar komunikasi adalah untuk mengendalikan lingkungan fisik dan psikologi kita. Di sisi lain Gordon Zimernan merumuskan bahwa tujuan komunikasi menjadi dua kategori besar. Pertama bagi diri kita untuk memberi makan dan kebutuhan bagi diri sendiri, memuaskan kepenasaran kita akan lingkungan dan kepuasan hidup. Kedua kita berkomunikasi untuk menciptakan dan memupuk hubungan dengan orang lain atau interaksi sosial. Jadi menurut Gordon komunikasi berfungsi sebagai fungsi yang melibatkan pertukaran informasi yang kita perlukan untuk menyelesaikan tugas, dan fungsi hubungan yang melibatkan pertukaran informasi mengenai bagaimana hubungan kita dengan orang lain. Yang terakhir menurut Judy C. Pearson dan Paul Nelson (dalam Mulyana, 2007:8) komunikasi mempunyai dua fungsi umum pertama, untuk kelangsungan hidup diri sendiri yang meliputi keselamatan fisik, kesadaran pribadi, menampilkan diri kita sendiri pada orang lain dan mencapai ambisi pribadi. Kedua, untuk kelangsungan hidup masyarakat, tepatnya untuk memperbaiki hubungan sosial dan mengembangkan keberadaan suatu masyarakat.
Selanjutnya, keterampilan komunikasi antar pribadi dalam proses pembelajaran merupakan proses yang hakikatnya merupakan peristiwa komunikasi antar pribadi, (Marijono,2011:83).Baik tutor, maupun peserta didik adalah masing-masing pribadi yang memiliki ragam faktor. Kemampuan, bakat dan minat serta motivasi adalah sebagai faktor yang dimaksud. Proses yang kurang maksimal dalam pembelajaran disebabkan karena kurang memperhatikan faktor antar pribadi. Seharusnya ketika terjadi interaksi antar tutor dan peserta didik dapat memunculkan pertemuan antar dua pribadi. Karena tidak terjadi pertautan pribadi, dialogpun tak akan muncul. Pemunculan dialog jika tutor mampu memahami atau memposisikan pribadinya sebagai pembimbing atau sebagai katalisator bagi peserta didiknya. Tutor juga harus mampu memahami pribadi peserta didik sebagai pasangan komunikasi. Pemikiran dan perasaan yang sudah terbuka maupun yang masih tertutup, tutor seharusnya mampu memahami dengan cermat.teknik berkomunikasi atar pribadi dalam kegiatan belajar mengajar sangat membantu meningkatkan proses dan hasil belajar. Pembelajaran yang berbasis aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan (PAIKEM) dapat dilakukan ketika pribadi tutor-peserta didik saling berinteraksi dalam berkomunikasi. Sejumlah kemampuan komunikasi yang harus dimiliki oleh tutor yakni:
1.    Kemampuan membantu sikap positif peserta didik
2.    Bersikap terbuka dan luwes terhadap peserta didik dan orang lain
3.    Menampilkan sikap bergairah dalam melaksanakan tugasnya
4.    Kemampuan mengelola perilaku peserta didik dalam kelas
Komunikasi dalam pembelajaran merupakan aktifitas paling utama yang menentukan berhasil tidaknya pembelajaran. Menurut Sadker (dalam Marijono, 2011:87), jika terjadi hubungan antar guru dengan siswa dalam pembelajaran akan muncul proses kejiwaan. Untuk menjadi komunikator pembelajaran yang profesional sejumlah ketrampilan harus dilakukan oleh tutor/pendidik. Penjelasan dan bimbingan atas keberhasilan atau kegagalan peserta didik menunjukkan sikap terbuka dan positif kepada peserta didik. Keberanian dan keterbukaan peserta didik dapat dilakukan dengan jalan memberi kesempatan siswa untuk berdiskusi atau menyampaikan fikirannya melalui karya tulis. Interaksi yang terjadi selama proses belajar mengajar terjalin sebagai komunikasi antar pribadi. Peserta didik dengan peserta didik, peserta didik dengan tutor, tutor dengan peserta didik adalah pribadi yang memiliki ke khasan. Pribadi khas di gambarkan dengan perilaku, sedangkan tutor sebagai komunikator pertama dapat melakukan komunikasi dengan baik jika pribadi-pribadi yang terlibat di pahami dengan baik.
Sesuai beberapa pendapat atau pernyataan diatas maka fungsi umum komunikasi adalah untuk keberlangsungan hidup, yang mana dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial sagatlah mustahil jika mampu hidup sendiri. Dan dapat diartikan komunikasi dua arah adalah hubungan kontak olah pesan dan feedback antar guru/tutor dengan siswa/peserta didik melalui komunikasi yang mampu menghubungan kedua pihak baik komunikator atau komunikan sehingga membentuk kejiwaan yang sama melalui komunikasi.

2.1.3 Latihan (Excercise)

Latihan mempunyai makna yang berbeda dengan pelatihan. Latihan adalah proses pengulangan perbuatan yang bersifat motorik yang pada umumnya disama artikan dengan berlatih, (Zein,2010:12). Latihan merupakan suatu bagian dari aktifitas pendidikan, dalam arti bahwa latihan merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan kwalitas ilmu untuk mencapai suatu tujuan dalam pembelajaran. Sebagai strategi dalam upaya mencapai tujuan pendidikan, maka dalam pendidikan wajib dilakukan latihan dalam pembelajaran supaya tujuan pendidikan dapat tercapai.
Dalam kegiatan pembelajaran yang disertai latihan sama halnya dengan program pelatihan, dan dalam pelahihan ada dua komponen yang memegang peranan kunci dalam pelaksanaan pelatihan atau pembelajaran. Dua kompenen tersebut adalah pelatih/guru/tutor dan peserta pelatihan/murid. Pelatih atau guru adalah pendidik dan peserta pelatihan adalah peserta didik. Dalam Ahmad Zein (2010:36) diterangkan bahwa kedua komponen tersebut memiliki hak dan kewajiban yang dalam Undang – Undang RI tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sebagai pendidik, instruktur/pelatih/tutor memiliki kewajiban moral sebagai berikut:


2.1.4 Belajar Aktif (Active Learning)

Metode belajar aktif atau sekarang lumrah disebut sebagai metode PAKEM (pembelajaran kreatif, aktif, inovatif dan menyenangkan) saat ini mulai dirasakan pentingnya dikalangan praktisi pendidik. Dikarenakan metode ini agaknya menjadi jawaban bagi suasana kelas yang kaku, membosankan, menakutkan, menjadi beban dan tidak membuat betah dan tidak menumbuhkan perasaan senang belajar bagi anak didik. Alih-alih membuat anak mau menjadi pembelajar sepanjang hayat yang terjadi malah kelas dan sekolah menjadi momok yang menakutkan bagi siswa.
Sebagaimana ditegaskan oleh para teoritisi belajar seperti Crow and Crow (1963), Gagne (1965), dan Hilgard and Bower (1966) dalam (Sampurno, 2008), inti proses belajar adalah perubahan pada diri individu dalam aspek-aspek pengetahuan, sikap, keterampilan, dan kebiasaan sebagai produk dan interaksinya dengan lingkungannya. Atau bila kita ambil  Kolb (1986) (dalam Komara, 2003) mengatakan bahwa: “Belajar adalah proses membangun pengetahuan melalui transformasi pengalaman”. Dengan kata lain suatu proses belajar dapat dikatakan berhasil bila dalam diri individu terbentuk pengetahuan, sikap, keterampilan, atau kebiasaan baru yang secara kualitatif lebih baik dari sebelumnya. Proses belajar dapat terjadi karena adanya interaksi antara individu dengan lingkungan belajar secara mandiri atau sengaja dirancang. Cara belajar siswa aktif adalah merupakan tantangan selanjutnya bagi para pendidik. Dalam pembelajaran aktif baik guru dan siswa sama-sama menjadi mengambil peran yang penting, (Sampurno, 2008).
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar aktif mampu membangun pengetahuan serta ketrampilan melalui pengalaman lapang, dan untuk mewujudkan suatu pembelajaran aktif yang bisa dikatakan sempurna harus ada peran saling aktif dalam pembelajaran antara guru/tutor dengan siswa/peserta didik.

2.2 Metode Pembelajaran

Berkaitan dengan penelitian tentang penerapan prinsip serta metode pembelajarannya, peneliti akan memaparkan beberapa metode pembelajaran konvensional yang masih sering digunakan dan erat kaitannya dengan prinsip-prinsip pendidikan orang dewasa/peserta didik.

2.2.1 Ceramah

Ceramah dapat diartikan sebagai kegiatan menyampaikan suatu informasi atau pengetahuan kepada sekelompok orang dalam pembelajaran, kegiatan ini merupakan sebuah teknik penyampaian informasi yang paling tua. Hampir semua orang yang pernah bersekolah pernah mengalami metode penyampaian materi dengan ceramah. Tapi disisi lain metode pembelajaran ini juga mempunyai beberapa kelemahan, salah satu contoh apabila seorang tutor menerangkan didepan kelas, timbul kesan siapapun berani berbicara didepan orang banyak dan pasti bisa melakukan. Oleh karena itu apabila mengajar semata-mata diartikan sebagai menyampaikan pengetahuan, maka siapapun diyakini bisa mengajar. Akibat lanjut dari pemahaman ini adalah mengajar tidak memerlukan pemahaman khusus. Dengan kata lain, untuk menjadi pendidik seorang harus cukup diberi pembekalan atau pelatihan singkat tentang teknik mengajar dan menguasai materi yang akan disampaikan. Penguasaan materi memang mutlak bagi penceramah dan jelas tidaknya apa yang disampaikan ditentukan oleh jelas-tidaknya pemahaman penceramah tentang apa yang akan disampaikan. Tetapi bahwa ceramah sebagai teknik pembelajaran cukup dikuasai dengan pelatihan singkat tentu merupakan pemahaman yang terlalu menyederhanakan persoalan.
Ceramah sebagai sebuah metode penyampaian di dalam pembelajaran tepat digunakan untuk penyampaian sebuah informasi atau pengetahuan yang baru, Moedzakir (2010:134). Setiap penceramah membutuhkan kemampuan bertutur kata secara jelas dan sistematis kepada orang banyak. Bertutur kata secara jelas berarti menggunakan volume serta suara yang pas, nada atau irama yang tepat, dan kecepatan bicara yang pas ( tidak terlalu cepat atau lambat) bagi pendengar yang dituju.
Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ceramah merupakan salah satu pilihan mengajar yang dapat digunakan dalam menyampaikan sebuah materi atau informasi. Dalam pelaksanaanya, seorang penceramah harus menguasai isi materi atau bahan yang akan disampaikan saat ceramah. Banyak orang mengatakan bahwa ceramah dapat dilakukan oleh siapa saja dengan cara berdiri didepan orang banyak dan berbicara dengan volume suara yang cukup tinggi, serta penggunaan nada atau irama yang tepat. Namun sebenarnya ceramah bukanlah perkara siapa atau bagaimana cara ia berbicara didepan orang banyak, tetapi pemahaman dan penguasaan materi yang akan disampaikan yang akan menjadi penentu bahwa seseorang layak disebut penceramah yang baik.

2.2.2 Penugasan

Metode pemberian tugas adalah merupakan suatu metode mengajar yang diterapkan dalam proses belajar mengajar, yang biasa disebut dengan metode pemberian tugas. Biasanya guru memberikan tugas itu sebagai pekerjaan rumah. Teknik pemberian tugas memiliki tujuan agar siswa menghasilkan hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama melakukan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu menjadi lebih terintegrasi, Roestiyah (1996:75).
Menurut Arends (1997) dalam suatu proses belajar mengajar, tidak ada suatu model ataupun metode pembelajaran yang paling baik. Untuk itu, guru/tutor hendaknya perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai model dan metode pembelajaran agar dapat mencapai tujuan pembelajaran. Dengan kemampuannya guru dapat memilih metode yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, salah satunya metode penugasan.
Dengan pengertian lain tugas ini jauh lebih luas dari pekerjaan rumah karena metode pemberian tugas diberikan dari guru kepada siswa untuk diselesaikan dan dipertanggung jawabkan. Siswa dapat menyelesaikan di sekolah, atau di rumah atau di tempat lain yang kiranya dapat menunjang penyelesaian tugas tersebut, baik secara individu atau kelompok. Tujuannya untuk melatih atau menunjang terhadap materi yang diberikan dalam kegiatan intra kurikuler, juga melatih tanggung jawab akan tugas yang diberikan. Lingkup kegiatannya adalah tugas guru bidang studi di luar jam pelajaran tatap muka. Tugas ditetapkan batas waktunya, dikumpulkan, diperiksa, dinilai, dan dibahas tentang hasilnya.
Dari beberapa pendapat diatas dapat dirumuskan bahwa metode ini mampu memberi pelatihan serta mendorong siswa untuk lebih berperan aktif dalam pembelajaran. Melatih kemandirian siswa jika tugas-tugas diberikan secara individu dan juga melatih kekompakan siswa bekerja kelompok apabila tugas-tugas tersebut perlu diselesaikan secara kelompok. Jika pertanggungan jawab dari hasil penyelesaian tugas-tugas tersebut disajikan secara lisan dimuka forum (sesama siswa atau kelompok lain) berarti berkesempatan melatih siswa untuk membahasakan pendapatnya secara lisan (termasuk melatih penguasaan teknis berbahasa lisan). Maka disinilah peran metode pembelajaran melalui penugasan dari guru/tutor bisa dikatakan berhasil dan efektif.










 




 

 



BAB.3 METODE PENELITIAN


Dalam bab ini akan di uraikan tentang rancangan penelitian, tempat dan waktu penelitian, informan penelitian, definisi operasional, data dan sumber data, metode pengumpulan data, serta metode pengolahan dan analisis data. Adapun uraiannya sebagai berikut ;

3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan pelatihan disebut juga desain pelatihan. Rancangan ini dapat digunakan sebagai alat ukur tujuan penelitian supaya menghasilkan data yang valid sehingga dapat dipertanggung jawabkan. Desain penelitian adalah rencana atau rancangan yang dibuat peneliti sebagai ancar-ancar atau patokan penelitian yang akan dilaksanakan.
Penelitian ini dirancang dengan penelitian yang bersifat non eksperimental dan berjenis deskriptif kualitatif. Non eksperimental karena tidak dilakukan percobaan atau eksperimen pada suatu obyek penelitian, akan tetapi hanya ingin mengetahui bagaimana penerapan prinsip serta teori pengajaran dalam program pembelajaran kelompok belajar paket C. Menurut Suryabrata (2009) tujuan dilaksanakan penelitian deskriptif adalah untuk membuat pencandraan secara sistematis, factual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.
Adapun langkah-langkah penelitian menurut Arikunto (2002:21) sebagai berikut :
1.    Memilih masalah
     Dalam penelitian ini masalah yang dipilih oleh peneliti adalah yang berhubungan dengan penerapan prinsip pendidikan orang dewasa
2.    Studi pendahuluan
     Peneliti menentukan obyek penelitian dengan mengetahui secara pasti segala sesuatu yang akan diteliti.
3.    Merumuskan masalah
     Peneliti merumuskan masalah secara jelas dalam penelitiannya.

4.    Memilih pendekatan
     Peneliti menentukan pendekatan yaitu dengan metode deskriptif kualitatif non eksperimental.
5.    Menentukan variabel dan sumber data
a).Peneliti menentukan obyek penelitian yang akan diteliti secara bervariasi atau menentukan obyek realita yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.
b).Peneliti menggunakan sumber data untuk mendukung hasil penelitian yaitu, informan kunci, informan pendukung, kepustakaan, dan dokumentasi.
6.    Menentukan dan menyusun instrumen
     Peneliti menentukan dan menyusun instrumen yang digunakan dalam penelitian yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi.
7.    Mengumpulkan data
     Dalam mengumpulkan data peneliti menggunakan 3 metode, yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi.
8.    Menganalisis data
     Peneliti menganalisa data secara kualitatif.
9.    Menarik kesimpulan
     Dari hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti dapat menarik kesimpulan untuk menjawab masalah penelitian.
10.Menyusun laporan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat penelitian

Daerah penelitian merupakan tempat yang akan digunakan sebagai lokasi penelitian. Adapun daerah penelitian yang ditentukan peneliti adalah Kelompok Belajar SKB Bondowoso, dengan pertimbangan sebagai berikut:
a.       Peneliti ingin mengetahui bagaimana penerapan prinsip-prinsip pendidikan orang dewasa dalam pembelajaran di kejar paket C;
b.      Peneliti sudah mengenal kondisi dan situasi daerah penelitian, sehingga memudahkan peneliti untuk melakukan penelitian;
c.       Di SKB Bondowoso belum pernah diadakan penelitian dengan judul dan permasalahan yang sama dengan penelitian ini;
d.      Sanggar Kegiatan Belajar Bondowoso mempunyai jarak yang mudah di jangkau bagi peneliti, sehingga lebih efisien biaya dan waktu;
e.      Kejar paket C merupakan salah satu bidang garapan PLS.
f.       Adanya kesediaan lembaga yaitu di Sanggar Kegiatan Belajar Bondowoso untuk dijadikan tempat penelitian (hasil survey dan wawancara awal).

3.2.2  Waktu Penelitian

Sedangkan waktu penelitian adalah antara bulan februari 2012 sampai dengan bulan april 2012.

3.3 Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak mengenal adanya istilah populasi, tetapi oleh Spradley (dalam Sugiyono, 2005:49) dinamakan social situation atau situasi sosial yang terdiri dari tiga hal yaitu tempat, pelaku dan aktivitas yang berinteraksi secara sinergis.
Selanjutnya menurut Sugiyono (2005:50) sample dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden melainkan informan kunci, narasumber, partisipan, teman atau guru dalam penelitian. Sugiyono (2005:54) menyatakan bahwa “penentuan informan kunci dalam penelitian kualitatif dilakukan saat peneliti mulai memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung yaitu memilih orang tertentu yang dipertimbangkan akan memberikan data yang diperlukan dan selanjutnya berdasarkan data atau informasi kunci yang lainnya yang diharapkan dapat memberikan data yang lebih lengkap.”
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil 6 informan kunci, yang merupakan mahasiswa KK-PPL di SKB Bondowoso. Informan kunci ini dipilih atas kriteria:
1.    Terdaftar sebagai mahasiswa KK-PPL di SKB Bondowoso;
2.    Merupakan pendidik atau tutor kejar paket C;
3.    Aktif mengajar dalam kegiatan pembelajaran.
Selain informan kunci, terdapat informan pendukung dengan kriteria :
1.  Terdaftar sebagai pamong belajar dalam kejar paket C
2.  Aktif mengajar dalam kegiatan pembelajaran
Berdasarkan kriteria informan pendukung diatas, maka peneliti menentukan sebanyak 3 orang  informan pendukung yang terdaftar sebagai pamong belajar di kejar paket C SKB Bondowoso.

3.4 Definisi Operasional

            Definisi operasional diperlukan guna menghindari salah pengartian antara peneliti dan pembaca, disamping untuk membantu pembaca dalam mengambil konsep atau permasalahan yang akan diteliti. Hal ini juga digunakan untuk memperoleh pengertian dan gambaran  yang jelas serta untuk menghindari salah persepsi terhadap judul penelitian.
Menurut Tim Perumus dan Tim Asistensi (2009:23), bahwa definisi operasional ialah iuran yang membatasi setiap istilah atau frasa kunci yang dipergunakan dalam setiap penelitian dengan makna tunggal dan terukur. Definisi operasional memeberikan gambaran variabel-variabel yang akan diukur dan bagaimana cara pengukurannya serta indikator-indikator sebagai penjelas variabel.

3.4.1 Prinsip-prinsip Pendidikan Orang Dewasa

Pada penelitian yang dimaksud prinsip-prinsip pendidikan orang dewasa diartikan sebagai beberapa proses atau tindakan yang seharusnya dipahami pendidik dalam memberikan pendidikan terhadap orang dewasa, karena orang dewasa mempunyai psikologi yang berbeda dengan anak-anak atau remaja. Prinsip tersebut meliputi motivasi kognitif, komunikasi dua arah, latihan, serta belajar aktif sebagai indikator penjelas.

3.4.2 Metode Pembelajaran

Berkaitan dengan penelitian tentang penerapan prinsip serta metode pembelajarannya, peneliti akan memaparkan definisi  metode pembelajaran konvensional. Metode pembelajaran merupakan cara atau teknik penyampaian materi dengan berbagai macam metode sesuai dengan kondisi peserta didik yang memungkinkan mampu dengan optimal memahami materi. Metode pembelajaran yang berkaitan dengan penelitian ini adalah ceramah dan penugasa, karena ceramah dan penugasan merupakan metode pembelajaran konvensional yang masih sering digunakan.

3.5 Data dan Sumber Data

Menurut Arikunto (2002:116) sumber data adalah benda, hal atau orang, tempat peneliti mengamati, membaca atau bertanya tentang data. Data penelitian ini meliputi :
a.    Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan informan kunci dan informan pendukung.
b.    Data sekunder merupakan data pelengkap yang diperoleh dari dokumentasi ataupun kepustakaan yang berkaitan dengan penelitian.
Data dalam penelitian ini diperoleh dari :
1.    informan kunci : Mahasiswa KK-PPL di kejar paket C SKB Bondowoso.
2.    informan pendukung : Pamong belajar Kejar Paket C.
3.    Kepustakaan
4.    Dokumentasi.

3.6 Metode Pengumpulan Data

3.6.1 Metode Observasi

Menurut pendapat Nazir (1988;212), pengumpulan data dengan observasi langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada alat pertolongan standar lain untuk keperluan tersebut. Selanjutnya Soeharto (1993:117) menyatakan bahwa observasi bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan fenomena-fenomena yang diselidiki baik secara langsung maupun tidak langsung. Arikunto (2002:133) menambahkan observasi adalah kegiatan pemusatan perhatian pada suatu obyek dengan menggunakan alat indra.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa observasi adalah suatu kegiatan pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap suatu obyek. Menurut Soeharto (1993: 117) ada 3 jenis observasi atau pengamatan, yaitu:
1.  Pengamatan langsung, yaitu pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap suatu obyek apa adanya sesuai dengan yang terjadi di lapangan.
2. Pengamatan tidak langsung, yaitu pengamatan yang dilakukan melalui perantara baik dengan suatu alat atau cara tertentu pada obyek yang bersangkutan dengan situasi yang sesuangguhnya maupun situasi yang diatur sedemikian lupa.
3.  Partisipasi, yaitu pengamatan yang melibatkan peneliti untuk berpartisipasi langsung dalam situasi yang dialami oleh obyek yang akan diteliti.
Jenis observasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah jenis pengamatan langsung, dengan pertimbangan sebagai berikut :
1.  Metode ini bersifat obyektif dan efisien;
2.  Data yang diperoleh lebih akurat;
3.  Mudah dilaksanakan.
Adapun data yang akan diperoleh dengan menggunakan metode ini antara lain :
1.  Kondisi sarana dan prasarana;
2.  Kondisi geografis Sanggar Kegiatan Belajar Bondowoso


3.6.2 Metode Wawancara

Wawancara juga dapat disebut interview. Soeharto (1993:114) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan wawancara ialah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan sumber data. Usman dan Akbar (2000:57-58) berpendapat bahwa wawancara adalah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. Selanjutnya, Arikunto (2002:132) menyatakan bahwa wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.
Beberapa pendapat tersebut diatas dapat diambil kesimpulan bahwa wawancara adalah suatu kegiatan tanya jawab antara pewawancara dan terwawancara untuk mendapatkan suatu informasi tertentu. Menurut Usman dan akbar (2000:59) ada 2 jenis wawancara, yakni :
1.  Wawancara tak terpimpin
     Wawancara tak terpimpin ialah wawancara yang tidak terarah. Wawancara ini tidak menggunakan pedoman wawancara yang tersusun, melainkan pewawancara melakukan wawancara secara spontan tanpa melihat daftar pertanyaan.
2.    Wawancara terpimpin
     Wawancara terpimpin adalah tanya jawab yang terarah untuk  mengumpulkan data yang relevan saja. Wawancara ini menggunakan pedoman wawancara yang tersusun dan telah dipersiapkan sebelumnya.
Sedangkan Arikunto (2002:127) membedakan jenis wawancara menjadi 3 bagian, yaitu :
1.    Wawancara bebas yaitu wawancara yang bebas menanyakan apa saja, tetapi juga mengingat tentang data apa yang dikumpulkan. Pewawancara dapat melakukan wawancara tanpa menggunakan pedoman atau daftar pertanyaan sebelum melakukan wawancara.
2.    Wawancara terpimpin, adalah wawancara yang dilakukan oleh pewawancara dengan membawa pedoman wawancara atau daftar pertanyaan lengkap dan rinci yang telah disiapkan sebelum wawancara berlangsung.
3.    Wawancara bebas terpimpin, adalah kombinasi atara wawancara bebas dan wawancara terpimpin. Pewawancara dapat membawa daftar pertanyaan yang tersusun namun selanjutnya pewawancara dapat mengembangkan pertanyaan apabila diperlukan sesuai dengan tema wawancara.
Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara bebas terpimpin, dimana peneliti membawa pedoman wawancara namun dapat melakukan pengembangan saat wawancara berlangsung. Adapun data yang akan diperoleh dari kegiatan wawancara ini yaitu :

1.    Mengetahui penerapan Prinsip Pendidikan Orang Dewasa;
2.    Mengetahui metode yang digunakan dalam pembelajaran Kejar Paket C.

3.6.3 Metode Dokumentasi

Menurut Usman dan Akbar (2000:73) teknik pengumpulan data dengan dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Sedangkan dokumen merupakan  catatan yang sudah berlalu, bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya monumental seseorang (Sugiyono, 2005:82). Data-data yang dikumpulkan dengan metode ini antara lain :
1.    Lokasi dan denah SKB Bondowoso;
2.    Jumlah peserta didik Paket C;
3.    Jadwal kegiatan belajar;
4.    Sarana dan prasarana belajar;
5.    Daftar hadir peserta didik;
6.    Denah ruang;
7.    Tata tertib;
8.    Data peserta didik Kelompok belajar Paket C;
9.    Dokumentasi Foto informan (informan kunci dan informan pendukung).

3.6.4 Kepustakaan

Kepustakaan diperlukan bagi peneliti sebagai sumber referensi untuk mendukung penelitian. Berdasarkan hal tersebut Masyhud (2010:40) mengategorikan sumber kepustakaan menjadi 2 macam, yaitu :
1.    Sumber-sumber pustaka sekunder
Sumber pustaka sekunder adalah sumber pustaka yang ditulis oleh seseorang yang tidak berdasarkan hasil pengamatan suatu peristiwa atau kejadian secara langsung. Ciri utama dari sumber pustaka sekunder ini adalah biasa ditemukan adanya teori-teori atau dalil-dalil.
2.    Sumber pustaka primer
Sumber pustaka primer adalah sumber-sumber yang ditulis oleh penulis yang secara langsung mengadakan pengamatan terhadap suatu peristiwa atau kasus atau permasalahan tertentu.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kedua sumber pustaka baik sumber pustaka sekunder maupun sumber pustaka primer. Hal ini dilakukan, selain untuk memperkaya referensi peneliti,  juga sumber pustaka sekunder dapat menjadi pelengkap apabila data yang dibutuhkan tidak dapat ditemukan atau tidak mencukupi pada sumber data primer, begitu pula apabila sumber data dari sumber data primer tidak mencukupi maka dapat ditambah melalui sumber data sekunder.

3.7 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data

3.7.1 Pengolahan Data

Setelah data dikumpulkan, selanjutnya perlu diikuti kegiatan pengolahan data (data processing). Menurut Faisal (2005:33) pengolahan data mencakup kegiatan mengedit (editing) data dan mengkode (ecoding) data. Mengedit data ialah kegiatan memeriksa data yang terkumpul. Sedangkan mengkode data berarti memberikan kode-kode tertentu kepada masing-masing kategori atau nilai dari setiap variabel yang dikumpulkan datanya. Moleong (2005:327) membagi metode pengolahan data dalam penelitian kualitatif menjadi 3 tahap, yaitu :

1.    Perpanjangan keikutsertaan;
       Hal ini menuntut peneliti untuk terjun langsung kelapangan dalan jangka waktu yang cukup lama.


2.    Ketekunan pengamatan;
       Ketekunan pengamatan bermaksud untuk menemukan ciri-ciri umum dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang dicari kemudian memusatkan pada hal tersebut secara rinci.
3.    Triangulasi.
Triangulasi merupakan teknik memeriksa data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Teknik pemeriksaan data dengan teknik triangulasi dibagi menjadi 2 (Sugiyono, 2005:83), yaitu :
1.    Triangulasi teknik artinya untuk mendapatkan keakuratan data peneliti melakukan pemeriksaan data menggunakan teknik atau perlakuan yang berbeda-beda namun diperoleh dari sumber yang sama.
2.    Triangulasi sumber merupakan kebalikan dari triangulasi teknik. Yaitu, peneliti memberikan perlakuan atau teknik yang sama namun menggunakan sumber yang berbeda-beda untuk mendapatkan data yang valid.
Peneliti menggunakan triangulasi sumber pada penelitian ini. Peneliti selain akan mengadakan wawancara dengan informan kunci, peneliti juga akan melakukan wawancara dengan informan pendukung untuk membandingkan dan mengecek kembali informasi yang telah diperoleh.

3.7.2 Analisis Data

Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian ilmiah sebab dengan adanya analisis data tersebut akan memberikan arahan dan makna yang berguna dalam pemecahan masalah penelitian (Nazir, 1999:405).
Ada berbagai cara untuk menganalisi data. Usman dan Akbar (2000:86-87) mengemukakan 3 cara menganalisis data, yaitu :

1.    Reduksi data
       Menurut Miles and Huberman (dalam Mustaji, 2009:45) tahap reduksi adalah proses pemilihan informasi yang relevan dan layak untuk disajikan dari informasi yang telah terkumpul demikian banyak dan komplek.  Usman dan Akbar (2000:87) menambahkan data-data yang telah direduksi memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan mempermudah peneliti untuk mencarinya jika sewaktu-waktu diperlukan. Reduksi dapat pula membantu dalam memberikan kode-kode pada aspek-aspek tertentu.
2.    Display data
       Display data ialah menyajikan data dalam bentuk matrik, network, chart, atau grafik, dan sebagainya. Dengan demikian peneliti dapat menguasai data dan tidak terbenam dengan setumpuk data (Usman dan Akbar, 2000:87).
3.    Pengambilan keputusan dan verifikasi
       Menurut Miles and Huberman (dalam Mustaji, 2009:45), pada tahap ini peneliti selalu melakukan uji kebenaran setiap makna yang muncul dari data. Disamping menyandarkan pada klarifikasi data, peneliti juga memfokuskan pada abstraksi data. Setiap data yang menunjang komponen, diklarifikasi kembali dengan informan dilapangan. Apabila hasil klarifikasi memperkuat kesimpulan atas data, maka pengumpulan data untuk komponen tersebut siap dihentikan.















DAFTAR PUSTAKA

Buku :
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Djaja, S. 2002. Metode Research. FKIP. Universitas Jember
Faisal, Sanapiah. 2005. Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Harjati, F. 1992. Pendidikan Orang Dewasa.Jember. FKIP. Universitas Jember.
Hendrawijaya, AT. 1995. Pengantar Pendidikan Seumur Hidup. Jember. FKIP.Universitas Jember.
Marijono, Dr. Prof. 2011. Komunikasi sosial. Jember: Pena salsabila.
Masyhud, M. Sulthon. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Jember :  Lembaga Pengembangan  Manajemen dan Profesi Kependidikan (LPMPK).
Moedzakir, M. Djauzi. 2010. Metode pembelajaran untuk program-program pendidikan luar sekolah. Malang: Universitas Negeri Malang Press.
Moleong, L.J. 2005. Metode Penelitian kualitatif. Bandung: PT. Remaja.
Mustaji, 2009. Peranan Guru PAUD AL-ISLAH Dalam Membentuk Kepribadian Anak di Dusun Curah Kendal Desa Suka Makmur Kec. Ajung Kabupaten Jember Tahun 2008. Jember: Jember University Press.
Nawawi, H. 2001. Perencanaan SDM. Jakarta : Gajah Mada Univercity Press.
Soeharto, Prof. Bohar. 1993. Petunjuk Praktis Mengenai Pengertian Fungsi-Format-Bimbingan dan Cara penulisan Karya Ilmiah (makalah-Skripsi-Thesis) Ilmu Sosial. Bandung: Tarsito
Sugiyono, Dr. Prof. 2005. Memahami penelitian kualitatif. Bandung: CV Alfabeta
Suuparman, Atwi. (ed.). 1997. Model-Model Pembelajaran Interaktif. Jakarta: STIA LAN Press.
Usman, User. 2005. Menjadi guru profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Usman, Husaini dan Akbar, P. S. 2000. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Zaini, Hisyam., Bermawy Munthe, dan Sekar ayu Aryani. 2002. Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: CTSD
Zein, ahmad. 2010. Konsep Dasar Pelatihan. Jember:FKIP Universitas Jember.

Internet :
Komara, Endang. 2003. Strategi Pembelajaran Aktif Di Perguruan Tinggi. http://www.geocities.ws/endang.komara/Strategi_Pembelajaran_Aktif.html. (06 Januari 2012)
Sampurno, Agus. 2008. Dalam penerapan metode belajar aktif.